Minggu, 17 April 2011

Budidaya Tanaman Mentimun Dengan Pupuk NASA

I. PENDAHULUAN

Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara berupaya turut membantu meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).



II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim
Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 – 26,7)°C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 – 1.200 mdpl.

2.2. Media Tanam
Tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

a. Siapkan Natural GLIO dari PT Natural Nusantara dan campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu.
b. Siapkan tanah halus dan pukan dapat diganti SUPERNASA / POC NASA PT Natural Nusantara yang telah dicampur Natural GLIO (tanah : pukan = 7:3) dan masukkan polybag.
c. Rendam benih dalam larutan POC NASA dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.
d. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah dipindahkan ke polibag sedalam 0,5-1 cm.
e. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari.
f. Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7 hss.
g. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun.

3.2. Pengolahan Media Tanam

a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.
b. Berikan kalsit/dolomit (pH tanah <6>3.3. Penanaman
- Siram bibit dalam polibag dengan air
- Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.
- Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

- Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik.
- Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).
- Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman.
- Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari.
- Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan pembuahan.

3.5. Pemupukan:

3.6. Hama dan Penyakit
3.6.1. Hama
a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).
Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA PT Natural Nusantara.

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)
Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk. Pengendalian : Natural METILAT PT Natural Nusantara.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)
Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA

3.6.2. Penyakit
a. Busuk daun (Downy mildew)
Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16 – 22°C dan berembun atau berkabut. Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew )
Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

c. Antraknose
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut
Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

e. Virus
Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab)
Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah
Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 – 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

3.7. Panen
3.7.1. Ciri dan Umur Panen
Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang.

3.7.2. Cara Panen
Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam.

3.7.3.Periode Panen
Mentimun sayur dipanen 5 – 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.

Begitulah tata cara budi daya Mentimun dengan menggunakan produk produk pertanian nasa. Apa bila Anda membutuhkan pupuk produk NASA, jangan sungkan, call saya Aslam Sani HP. 0813 2880 0475

Filed under: Budidaya Tanaman | Ditandai: budi daya, glio, hormonik, natural nusantara, poc nasa, pupuk organik, supernasa | Leave a Comment »
Cara Membuat Kompos Sederhana
Posted on Juni 13, 2010 by Sani A

Kompos adalah hasil penguraian campuran bahan-bahan organik oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, baik aerobik atau anaerobik. Membuat kompos sekala rumah tangga atau membuat kompos dari sampah organik rumah tangga dapat dilakukan dengan sederhana. Yaitu dengan menggunakan Teknologi Lubang Resapan Air Hujan Biopori. Halah… kok pake Teknologi Lubang Resapan Air Hujan Biopori segala? Katanya sederhana?

Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 – 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman (dikutip dari http://www.biopori.com )

Bingung? Teknologi Lubang Resapan Air Hujan Biopori itu semacam sumur kecil dengan diameter 10-30 cm dengan kedalaman 100 cm atau samapi kedalaman air tanah bila kedalaman air tanah kurang dari 100 cm. Ini bisa dibuat dimanapun dipekarangan rumah kita. Fungsinya adalah untuk resapan air hujan.

Lho, tetapi halaman rumah saya semuanya dicor atau diconblok? Justru itu perlu dibuat biopori ini agar air hujan meresap lebih banyak ke tanah pekarangan kita. Sumur kecil ini bisa kita buat di sepanjang saluran air, di bawah pohon, atau bahkan di halaman yang berkonblok atau beton. Ya diambil conbloknya atau di buka beton nya lalu di buat lubang sedalam 100 cm diameter 10 cm s.d. 30 cm. Agar tidak mengganggu, lubang ini bisa kita tutup dengan kaleng yang seukuran dengan lobang dan sudah di lubangi dasarnya – untuk jalan air masuk ke sumur biopori. Pasang terbalik, bagian dasar kaleng diatas, untuk menutupi lubang sumur biopori.

Lha caranya buat kompos?
Pisahkan sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Ciri sampah organik itu bisa cepat membusuk.
Sampah anorganik terserah mau dikemanakan. Kalu masih laku dijual, mending dijual saja.
Untuk sampah organik, masukkan kedalam lubang biopori tersebut. jangan penuh penuh. cukup 2/3 kedalaman saja.
Tutup lubang biopori
Sudah! Biarkan sampai beberapa minggu. Kalau sudah terurai senua alias sudah jadi tanah semua, bukankah bisa dijadikan media tanam?

Pengomposan seperti ini memang bagian dari Teknologi Biopori itu sendiri. Biopori dimaksudkan sebagai pori pori dalam tanah yang terjadi karena aktifitas fauna pengurai seperti cacing, mikroba dll. Nah.. sampah organik tadi akan menimbulkan aktifitas itu. Dengan terjadinya pori pori di dalam tanah, tanah lebih mampu menahan air tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar